Kata yang sederhana tapi kadang sangat dibenci oleh programmer atau mungkin profesi lain, yaitu “TINGGAL“.
Kenapa kata “tinggal” sangat dibenci. Mari lihat beberapa contoh
penggalan kata yang biasanya terucap dari client berikut ini, terutama
kalau clientnya memang bukan dari kalangan IT.
“Itu tinggal tambahin satu kolom ya”
“Tinggal pindahin yang atas ke bawah kok”
“Tinggal di edit sedikit bagian yang itunya ya”
“Tinggal tambahin aja satu fitur buat bla..bla..bla”
Karena pada kenyataannya satu kalimat diatas bisa-bisa butuh waktu satu minggu, atau bahkan satu bulan untuk mengerjakannya, sedangkan client ga mau tau. Itulah mengapa kata “tinggal” sangat dibenci bagi programmer :))
Membuat sebuah aplikasi layaknya membuat sebuah rumah. Ketika rumah sudah dirancang di awal, maka sang mandor beserta para pekerjanya akan membuat rumah tersebut sesuai dengan yang ditetapkan diawal tadi. Mulai dari pondasi yang akan dibuat ukurannya berapa dan bahannya apa, tata letak dindingnya, jumlah kamar dan rancangan-rancangan lainnya. Dan tentu rancangan tersebut disesuaikan dengan waktu pengerjaan dan budget tentunya.
Permasalahan akan dimulai ketika ditengah pembangunan yang sudah dirancang tadi ternyata sang empunya rumah ingin mengubah rancangan rumahnya menjadi dua lantai. Dan bilang ke mandor “Tinggal tambahin satu lantai ya“. Kalau dengan waktu pengerjaan yang ditambah pasti mandor pun ga masalah. Yang sering terjadi adalah pekerjaan ditambah/dirubah sedangkan waktu pengerjaan harus selesai sesuai rencana awal. Padahal perlu waktu dan extra effort yang lumayan untuk mengubah maupun menambah “fitur dua lantai” tersebut. Pondasi yang sudah dirancang untuk satu lantai harus dibongkar lagi, kalau pondasi dibongkar pasti dong bangunan yang sudah dibuat setengah jadi pun harus dibongkar lagi dan dibangun kembali.
Sama halnya dengan pembuatan aplikasi, ketika aplikasi sudah dibuat sesuai rancangan awal dan ternyata ditengah jalan harus ada yang diubah maka harus membongkar (bahkan menghapus) lagi ratusan atau mungkin ribuan baris codingan yang sudah dibuat (yang ketika satu huruf saja salah, maka aplikasi bisa ga jalan hhehe) itulah alasan utama kenapa kata “tinggal” menjadi monster bagi programmer :))
Kalau begitu kenapa ga buat dari awal saja pondasi yang kuat untuk seratus lantai misalnya?
Untuk membuat pondasi yang bisa digunakan untuk seratus lantai pasti akan menyita waktu untuk merancangnya, belum lagi effort yang dikeluarkan harus lebih extra dibanding merancang pondasi yang cukup untuk satu atau dua lantai. Bisa-bisa waktu habis untuk merancang pondasi sedangkan bangunannya tidak jadi-jadi dan belum tentu bangunannya akan ditingkatkan hingga seratus lantai oleh sang empunya rumah.
Itu mungkin sebuah analogi yang dirasakan beberapa programmer yang pernah saya temui dan tentu pernah saya alami. Yah memang masih bisa dimaklum kalau memang clientnya dari kalangan non-IT, tinggal bagaimana sang programmer memberitahu bahwa satu kalimat di aplikasi terkadang memerlukan waktu satu bulan untuk mengerjakannya. Dan cara saya memberi tahu kepada khalayak umum salah satunya dengan menuliskannya disini :D
source : http://khairilnst.com/2015/10/26/kata-yang-dibenci-programmer-profesi-lain.html
“Tinggal pindahin yang atas ke bawah kok”
“Tinggal di edit sedikit bagian yang itunya ya”
“Tinggal tambahin aja satu fitur buat bla..bla..bla”
Karena pada kenyataannya satu kalimat diatas bisa-bisa butuh waktu satu minggu, atau bahkan satu bulan untuk mengerjakannya, sedangkan client ga mau tau. Itulah mengapa kata “tinggal” sangat dibenci bagi programmer :))
Membuat sebuah aplikasi layaknya membuat sebuah rumah. Ketika rumah sudah dirancang di awal, maka sang mandor beserta para pekerjanya akan membuat rumah tersebut sesuai dengan yang ditetapkan diawal tadi. Mulai dari pondasi yang akan dibuat ukurannya berapa dan bahannya apa, tata letak dindingnya, jumlah kamar dan rancangan-rancangan lainnya. Dan tentu rancangan tersebut disesuaikan dengan waktu pengerjaan dan budget tentunya.
Permasalahan akan dimulai ketika ditengah pembangunan yang sudah dirancang tadi ternyata sang empunya rumah ingin mengubah rancangan rumahnya menjadi dua lantai. Dan bilang ke mandor “Tinggal tambahin satu lantai ya“. Kalau dengan waktu pengerjaan yang ditambah pasti mandor pun ga masalah. Yang sering terjadi adalah pekerjaan ditambah/dirubah sedangkan waktu pengerjaan harus selesai sesuai rencana awal. Padahal perlu waktu dan extra effort yang lumayan untuk mengubah maupun menambah “fitur dua lantai” tersebut. Pondasi yang sudah dirancang untuk satu lantai harus dibongkar lagi, kalau pondasi dibongkar pasti dong bangunan yang sudah dibuat setengah jadi pun harus dibongkar lagi dan dibangun kembali.
Sama halnya dengan pembuatan aplikasi, ketika aplikasi sudah dibuat sesuai rancangan awal dan ternyata ditengah jalan harus ada yang diubah maka harus membongkar (bahkan menghapus) lagi ratusan atau mungkin ribuan baris codingan yang sudah dibuat (yang ketika satu huruf saja salah, maka aplikasi bisa ga jalan hhehe) itulah alasan utama kenapa kata “tinggal” menjadi monster bagi programmer :))
Kalau begitu kenapa ga buat dari awal saja pondasi yang kuat untuk seratus lantai misalnya?
Untuk membuat pondasi yang bisa digunakan untuk seratus lantai pasti akan menyita waktu untuk merancangnya, belum lagi effort yang dikeluarkan harus lebih extra dibanding merancang pondasi yang cukup untuk satu atau dua lantai. Bisa-bisa waktu habis untuk merancang pondasi sedangkan bangunannya tidak jadi-jadi dan belum tentu bangunannya akan ditingkatkan hingga seratus lantai oleh sang empunya rumah.
Itu mungkin sebuah analogi yang dirasakan beberapa programmer yang pernah saya temui dan tentu pernah saya alami. Yah memang masih bisa dimaklum kalau memang clientnya dari kalangan non-IT, tinggal bagaimana sang programmer memberitahu bahwa satu kalimat di aplikasi terkadang memerlukan waktu satu bulan untuk mengerjakannya. Dan cara saya memberi tahu kepada khalayak umum salah satunya dengan menuliskannya disini :D
source : http://khairilnst.com/2015/10/26/kata-yang-dibenci-programmer-profesi-lain.html
- 07.54
- 0 Comments